Rabu, 21 September 2022

Kaidah Pantun

Resume ke-14
Tanggal        : 21 September 2022
Tema            : Kaidah Pantun
Narasumber  : Miftahul Hadi, S. Pd
Moderator    : Lely Suryani, S. Pd


Tidak terasa sudah hampir sebulan ini mengikuti kelas BM-27. Banyak pengetahuan yang didapat. Kali ini tema kaidah pantun. Pastinya akan ada pengetahuan baru lagi yag didapat apalagi saya sangat membutuhkan sekali materi ini karena sebagai guru, ada materi tentang pantun dan juga sebagai penunjang jika kelak membuat majalah sekolah yang salah satunya berisi pantun.

Menunggu kelas pelatihan dibuka, tidak ada salahnya pembukaan resume ini ditulis sebagai pengantar. Narasumber yang terlihat masih muda. Tebakan saya Beliau berusia sekitar 30an tahun. Kita tunggu aja ya kelas dibuka dengan sabar dan mencoba membuat pantun.

Pelatihan belum dibuka, bermunculan pantun-pantun dari para peserta sebelum group ditutup oleh admin dan sepertinya para peserta senang bermain pantun.

Narasumber (Bunda Lely) memperkenalkan diri bagi yang belum mengenal Beliau dengan memberikan sebuah link https://www.kompasiana.com/lelysuryaniofficial8799/630c7e4a35578d2728233273/p3k-tak-dapat-dana-pensiun-bagaimana-nasibnya-dihari-tua dan https://www.kompasiana.com/lelysuryaniofficial8799/6324f2624addee48475da0a3/kompasiana?utm_source=Whatsapp&utm_medium=Refferal&utm_campaign=Sharing_Mobile tentang pantun karya Beliau.

Pantun pembuka dari narasumber kita malam ini:

Bunga sekuntum tumbuh di taman,
Daun salam tumbuh di kota,
Assalamualaikum saya ucapkan,
Sebagai salam pembuka kata

Mas Miftah merupakan alumni BM-17. Materi pantun kali ini ada pada link berikut https://anyflip.com/wiirj/vdws/.  Membuka link tersebut, saya mendapatkan satu ilmu baru mendesain PDF yang indah. Selama ini saya hanya mengunakan desain Canva.

Mari kita simak materi malam ini oleh Mas Mifta. Awalnya pantun merupakan tradisi lisan. Seiring berkembangnya waktu, maka pantun "naik kelas". Tidak hanya dituturkan saja dalam kehidupan sehari-hari, pantun kemudian dibukukan, dilombakan dalam berbagai event, serta diselipkan pada tiap kegiatan. Atas kerja keras tersebut pada tanggal 17 Desember 2020 lalu, UNESCO mengakui pantun sebagai warisan budaya tak benda.

Menurut Mu'jizah, 2019 bahwa pantun berasal dari akar kata "Tun" yang bermakna baris atau deret. Asal kata pantun dalam masyarakat Minangkabau dan Melayu diartikan sebagai "pantun". Oleh masyarakat Riau disebut sebagai tunjuk ajar yang berkaitan dengan etika. 

Mari kita cermati dua gambar di bawah ini



Pantun boleh bersajak a-a-a-a tetapi akan mengurangi keindahan pantun itu sendiri dan tidak sesuai kaidah pembuatan pantun. Jadi jika sajaknya a-a-a-a berarti menjadi syair. Contoh syair

Belajar mengaji harus semangat,
Tekun rajin sabar dan giat,
Agar ilmu mudah didapat,
Selamat dunia juga akhirat.
    Ingat ingatlah wahai kawan,
    Quran dan sunnah jadi pedoman,
    Tuk menjalani kehidupan,
    Agar hidup tentram dan nyaman.

Perbedaan pantun dengan syair adalah kalau pantun antara baris satu dan dua tidak ada hubungannya dengan baris tiga dan empat (sampiran dan isi berdiri sendiri), sedangkan syair antara baris satu sampai empat saling berhubungan.

Pantun dua baris disebut karmina (pantun kilat). Contoh karmina: 

Daun keladi susun di gerbong,
Jangalah jadi orang yang sombong.

Karmina karya saya: 

Masak air di bawah gerbong,
Jadi anak jangan suka bohong.

Jadi karmina itu antara baris satu dengan baris dua tidak berhubungan.

Lalu ada lagi yang namanya gurindam. Jumlah barisnya juga ada dua. Antar baris satu dengan baris dua saling berhubungan (sebab akibat). Contoh gurindam:

Jika selalu berdoa dan dzikir,
Ringan melangkah jernih berpikir.

Langkah membuat pantun dengan mudah dan cepat, ikuti petunjuk pada gambar berikut: 


Perhatikan pantun pada gambar di bawah ini!  
Lihat baris pertama dan baris ketiga.
Kata rebung memiliki persamaan bunyi dengan bergabung.
Kata kuini memiliki persamaan bunyi dengan kata ini.
Lalu lihat baris kedua dengan baris keempat.
Kata talas memiliki persamaan bunyi dengan kata kelas.
Kata seruntun memiliki persamaan bunyi dengan kata pantun.

Pantun untuk amannya maka gunakan empat kata pada tiap baris. agar menghasilkan jumlah suku kata yang tidak timpang.

Rebung dengan bergabung, memiliki persamaan bunyi empat huruf. Maka disebut sajak penuh. Sama halnya, seruntun dengan pantun. Memiliki persamaan bunyi tiga huruf. Juga disebut sajak penuh.

Perhatikan karya saya yang saya kirim di group WA yang dijadikan contoh oleh Mas Miftah:

Makan sambal sejak kini
Jika suka ikan teri
Mungkin salah saya memperediksi
Jika narasumber sudah beristeri

Perhatikan baris pertama dengan ketiga! Baris pertama berakhiran ni. Baris ketiga berakhiran ri. Hanya sama satu huruf, maka disebut sajak paruh.

Sajak berdasarkan posisi/letak. Perhatikan gambar di bawah.


Silakan perhatikan contoh pantun nomor satu dan nomor dua. Nomor satu yang diberi warna merah hanya kata terakhir karena yang memiliki bunyi sama hanya di bagian akhir saja tiap barisnya. Bisa disebut pantun dengan Rima akhir sama.

Perhatikan dengan cermat conton nomor dua. Pantun diberi warna merah terletak pada tengah dan akhir kalimat sehingga disebut pantun dengan sajak tengah dan akhir.

Perhatikan contoh pantun pada gambar berikut:


Perhatikan pantun nomor tiga yang berwarna merah di awal, tengah dan akhir sehingga disebut pantun dengan sajak awal, tengah dan akhir. 

Pantun nomor empat, perlu ketelitian untuk membuatnya. Semua kata di tiap barisnya berwarna merah. Itu artinya, setiap kata memiliki Rima atau persamaan bunyi yang sama. Bisa disebut pantun dengan sajak yang lengkap. Baik letak maupun bunyi akhirnya. Kita lihat baris pertama dengan ketiga dulu. : Dipetik pada baris pertama, sama bunyinya dengan diusik pada baris ketiga. Sirih pada baris pertama, sama bunyinya dengan berkasih pada baris ketiga. Jadi yang diambil "bunyi akhir". Itu yang disebut rima.

Petujuk kedua untuk membuat pantun yaitu menguasai perbendaharaan kata.

Usahakan dalam memilih kata, jangan hanya satu huruf paling belakang yang bunyinya sama, minimal dua huruf. Memiliki perbendaharaan kata dengan Rima sama semakin mempermudah kita dalam menulis pantun. Usahakan membuat baris ketiga dan keempat (isi) terlebih dahulu. Jika isi pantun sudah jadi, maka sampiran akan mengikuti.

Langkah lain membuat pantun yaitu dengan mengindari :

1. penggunaan nama orang
2. penggunaan nama merk dagang
3. pengulangan kata di tiap barisnya..


Mari kita coba berpantun untuk mendekati penutupan pertemuan malam ini.

Jimat dipakai dalam sari
Jahitan lepas tersobek benang
Jika sudah punya isteri
Jangan jadi mata keranjang   

    Makan bakso pakai garpu
    Di taruh di atas meja makan
    Di sekolah yang kita ampu
    Merdeka belajar kita galakkan

Jadi kesimpulan kita malam ini adalah pantun dan syair terdiri dari empat baris sedangkan Karmina dan Gurindam terdiri dari dua baris. Jika ingin pandai membuat pantun maka ikuti petunjuk yang sudah disampaikan di atas. Selamat mencoba.

5 komentar:

2.3.a.4.1.Eksplorasi Konsep Modul 2.3 - 2.1 Konsep Coaching secara Umum dan Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan

 Beriku t ma teri yang saya ambil pada LMS CGP 06  tugas Eksplorasi Konsep dimana CGP harus menjawab dua per tanyaan yai tu: Dari beberapa d...