Rabu, 28 September 2022

Cacing sebagai Obat Alternatif


Seminggu yang lalu anak kecilku pulang dari klinik setelah tiga hari rawat inap karena tipus. Sejak kemarin siang suhu badannya mulai naik. Pukul 14.00 Wita sepulang ku mengajar tak kutemukan seorangpun di rumah. Padahal paginya dua anakku bersama Mbahnya karena bibi yang biasa menjaga anakku tidak masuk kerja.

Ku cari ke segala tempat keberadaan kunci rumah karena aku melihat tidak ada satupun pintu rumah terbuka, semua terkunci begitu juga dengan jendelanya. Penatku dari pulang bekerja bertambah. Ku panggi satu persatu anakku "Pasya, Ibad. Kalian dimana?". Tak terdengar sahutan sedikitpun.

Ku lepas tas laptop yang terasa berat di bahu. Ku jalan ke rumah kakakku di sebelah rumah. Ku tanyakan apakah ada kunci yang dititipkan. Ternyata tidak ada. HP tak kubawa dari pagi. Jadi untuk mencari keberadaan anakku tak bisa ku lakukan.

Hp ipar pun ku pinjam untuk menelphone Mbahnya. Ku tanyakan keberadaan anakku dan mereka ada di rumah kakak yang lain kampung. Begitu terkejutnya hatiku kala Mabhnya mengatakan bahwa Ibad demam. Panik, sedih menerpa menambah suasana galaunya hati. Lelah dari bekerja pupus sudah.

Bergegas ku nyalakan motor buntutku menemua buah hatiku. Wajahnya yang memelas dan menangis membawangi perjalananku. Hanya 0,5 km terasa perjalanan yang panjang. Ingin menangis rasanya dan ingin segera sampai melihatnya.

Ku lihat sebuah handuk kecil menempel di dahinya. Tangannya memegang pipinya yang mungkin dirasakan hangat. Wajahnya merah, bibirnya terlihat kering dan suara erangan sayup-sayup terdengar dalam tidurnya yang mungkin tak terlelap. 

Kakaknya asyik bermain hp. Ibad tidur antara kakak dan sepupunya Queen. Saat itu Queen juga sedang demam seulang dari pondok tempatnya sekolah.

Ibad terbangun begitu merasakan tanganku yang menyentuh sebelah pipinya untuk ku rasakan demamnya. Ku ambil obat yang ku lihat di atas meja Kakak yang semula diminum oleh Queen.

"Minum obat ya sayang!"  Pintaku memohon pada Ibad. "Iya" jawabnya lirih. Ku bangunkan dari pembaringannya. Kuberi minum obat dan air putih yang dia cari. "Pulang Mi" gumamnya. Ku gendong dengan selendang panjang. Kupeluk erat dan ku bawa pulang saat sedikit gerimis turun menerpa bumi.

Tadi malam ketika ku mengikuti pelatihan Belajar Menulis, Ibad tidur di sebelah tempatku bekerja sambil menonton hp. Hingga larut malam ku tulis remume pertemuan ke-17 dan kulihat Ibad tidur terlelap tanpa ku nina bobokkan.

Demamnya tak turun juga. Pukul 1 dini hari, dia terbangun minta pipis. Suara batuknya sesekali terdengar. "Obat..." pintanya lirih. Mungkin karena dia merasa tidak kuat. Ku minumkan obat yang mengandung parasetamol rasa jeruk, obat yang dia suka rasanya.

Pagi tadi kembali kudapati Ibad yang demamnya 39,8. Demam yang susah turun. Efek obat seperti tidak mempan. "Atit iyut..." rintihnya sambil memegang perutnya. 

Ku telp adikku yang dokter dan aku disarankan membawanya kembali ke klinik. Ku rembukkan bersama suamiku. Teringat beberapa tahun yang lalu ketika Pasya anakku paling besar tipus dan ku beberi rebusan cacing yang hingga sekarang tipusnya ga pernah kambuh.

Ada kekhawatiran ku jika Ibad diopname karena nanti siang ada zoom yang harus ku ikuti dan nanti malam aku ada kegiatan vicon di Gmeet. 

Ku minta suamiku tuk mengambilkanku seekor cacing di bak tempatku mengolah sampah organik menjadi pupuk, tapi dia tidak berani karna jijik. Badan suamiku tinggi besar ternyata takut juga dengan cacing. 

Berangkatlah aku ke sekolah yang letaknya tak jauh dari rumahku, sekitar 40 meter. Aku hanya tinggal menyeberang jalan menuju gerbang sekolah. Suasana di jalan sudah agak lenggang, biasanya ramai oleh para pegawai kantor yang melintas karena jalan depan sekolahku akses utama menuju pusat kantor di Lombok Barat.

Kepala sekolah dan dua rekan guru sedang berbincang di pintu gerbang sekolah. Ku sapa semua dan ku izin di sana untuk mengajar sebentar untuk memberi tugas siswa kemudian izin untuk pulang lebih awal.

Berbincang sejenak dengan rekan dan mereka memberi saran untuk memberi obat alternatif tipus yaitu cacing. Berbagi pengalaman mereka ungkapkan dan mereka juga mempunyai pegalaman dengan salah satu anggota keluarga mereka yang tipus dan diberi obat rebusan cacing juga.

Ku masuk kelas dengan terlebih dahulu menyapa para siswaku dan menanyakan kabar mereka. Beberapa dari siswa bercerita kalau mereka belum sarapan ketika kutanyakan apakah mereka sudah sarapan ataukah belum.

Pak Eka memasuki kelas dengan meminta siswa membantunya mengambil chromebook di kantor untuk latihan atau sosialisasi ANBK yang akan diisi oleh seorang staf dari LPMP NTB.

Ku izin untuk pulang duluan ke pak Eka dan kata Beliau bahwa kepala sekolah tadi sudah memberitahukan jika aku kan izin. Kupamitan juga pada muridku yang sebelumnya ku beri motivasi dalam mengerjakan ANBK.

Kembali ku lihat Ibad yang masih dikompres. Bibirnya merah begitu juga badannya yang semula putih kini terlihat merah merona karena demam. Suamiku pamitan untuk bekerja. Kini tinggal aku bersama dua putraku di rumah. 

Teringat kembali akan obat alternatif yang akan aku gunakan pada anakku. Ku cari skop kecil di halaman rumahku yang sulit ku temukan karena Pasya menggunakannya kemarin untuk bermain tanah dengan temannya.

Mulai ku gali tanah di belakang rumah. Sebuah bak kecil berwarna biru berisi tanahpun menjadi sasaranku saat aku tak menemukan cacing di timbunan tanah dekat pot bunga.

Cacing berukuran telunjuk orang dewasa kuangkat dengan sekop. Ku cuci tanpa ku sentuh. Cacing bergerak-gerak seperti tak ingin berada di tempat sekarang. Ku rendam terlebih dahulu. Setengah jam kemudian ku rebus air dan ku masukkan cacing itu.

"Sayang mau makan bubur?" tanyaku pada Ibad. Dia mengangguk sebagai tanda setuju. Ku tuangi bubur siap saji ke piring dan ku uleni dengan air rebusan cacing itu. Ku suapi Ibad sampai dia merasa kenyang walaupun hanya beberapa suap. Bubur tertinggal hanya tiga sendok yang tak mampu dia makan.

Moga obat alternatif cacing yang kurebuskan kali ini mujarab hingga anakku tak merasakan sakit tipus lagi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

2.3.a.4.1.Eksplorasi Konsep Modul 2.3 - 2.1 Konsep Coaching secara Umum dan Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan

 Beriku t ma teri yang saya ambil pada LMS CGP 06  tugas Eksplorasi Konsep dimana CGP harus menjawab dua per tanyaan yai tu: Dari beberapa d...